Rabu Abu: Pastor Alfred OFMCap Mengajak Melakukan Pertobatan Hati
Sekolah Asisi – Rabu Abu merupakan awal memasuki masa prapaskah. Dalam perayaan ini, umat Kristiani akan menerima Abu yang akan dioles pada dahi sebagai simbol pertobatan. Keluarga besar Yayasan St. Fransiskus Asisi ikut menerima Abu sebagai lambang pertobatan, di Gereja St. Fransiskus Asisi Tebet pada Rabu (2/3/2022).
Karena situasi Pandemi Covid-19 belum berakhir, penerimaan Abu ini tidak diikuti secara offline oleh semua keluarga besar Yayasan St. Fransiskus Asisi. Setiap unit hanya mengutus beberapa guru dan karyawannya, sedangkan semua siswa-siswi mulai dari TK sampai SMA dan SMK hanya bisa ikut melalui live streaming di channel YouTube Sekolah Asisi Official.
Misa ini dipimpin langsung oleh Ketua Yayasan St. Fransiskus Asisi, Pastor Alfred Dino OFMCap. Dalam homilinya, Pastor Alfred mengajak semua keluarga besar Yayasan St. Fransiskus Asisi agar menggunakan masa prapaskah sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, mau bertobat yang lahir dari hati yang tulus.
“Pertobatan yang sesungguhnya adalah pertobatan hati, hati yang koyak. Mengapa dia pakai hati bukan pikiran atau bukan lahiriah yang luaran. Dia percaya hati manusia mengontrol seluruh kehidupannya. Kalau hatinya baik, hatinya lurus, maka seluruh diri orang itu juga akan terarah pada kebaikan dan keselamatan. Karena itu, orang bertobat harus diawali dengan mengoyakkan hati, artinya hati yang sebelumnya dipenuhi dengan segala kejahatan, segala yang tidak baik. Sekarang dikoyakkan, dihancurkan supaya dibentuk kembali oleh Tuhan, menjadi hati yang baik, hati yang suci, hati yang berkenan kepada Tuhan,” ungkap pastor Alfred OFMCap.
Lebih lanjut Pater Alfred OFMCap menekankan lagi melalui bacaan pertama yang diambil dari kitab Yoel bahwa pertobatan yang sesungguhnya adalah pertobatan hati.
“Yoel menekankan pentingnya untuk melakukan pertobatan hati. Karena kita sering kali tobatnya hanya di bibir saja. Mulutnya enak, manis-manis, tapi hatinya hancur lebur, hidupnya hancur lebur, perbuatannya juga hancur lebur,” tegasnya lagi.
Karena itu, kata Pastor kelahiran Lembata ini, Yoel menyatakan tobat yang sesungguhnya adalah pertobatan hati. Orang yang bertobat dari hati berarti seluruh dirinya memang baik, sungguh-sungguh berkenan di hati Tuhan, bukan hanya baik di depan orang lain tetapi di belakangnya tidak baik.
“Itu seperti para murid kalau di depan gurunya lebih manis-manis ya, tapi kalau di belakang, hancur lebur. Atau di depan orang, pokoknya mulutnya manis tapi kalau di belakang mau tinju-tinju orang. Karena itu, orang yang bertobat hatinya bagus berarti di depannya kelihatan bagus, pasti di belakangnya juga bagus. Karena apa, dia mulai dari hati yang sungguh-sungguh,” ungkapnya lagi.
Kemudian Pastor tamatan Seminari Tinggi Siantar ini, mengutip surat dari Rasul Paulus kepada Jemat di Korintus. Rasul Paulus mengajak kita agar belajar dari Tuhan yang mau menderita dan berkorban demi keselamtan orang lain.
“Dalam proses ini, kita mau menderita seperti Tuhan, kita mau berkorban demi keselamatan orang lain. Dalam proses menjadi orang-orang yang percaya kepada Tuhan itu adalah proses mengalahkan diri sendiri, proses mau menderita demi orang lain. Kalau kita berani mengalahkan diri sendiri berarti kita juga hendaknya mau menderita demi orang lain,” ungkap pastor Alfred OFMCap.
“Orang menyakiti kita, kita balas dengan kasih, kita balas dengan pengampunan. Karena apa, karena dengan pengampunan, kita putus rantai kejahatan, kita putuskan lingkaran kejahatan yang terus-menerus,” katanya lagi.
Lalu dalam Injil, kata Pastor Alfred, puasa dimaknai sebagai kesempatan bagi kita untuk mengurangi perbuatan-perbuatan yang tidak baik, misalnya yang selama ini mulutnya agak tidak terkontrol dan perbuatan yang sangat tidak baik. Momen prapaskah ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan mau bertobat.
Pastor Alfred juga mengatakan penting juga melakukan pertobatan mengurangi segala sesuatu. Misalnya, anak-anak mengurangi uang jajannya. Perbuatan ini tidak dimaksudkan untuk membanggakan diri kepada orang lain.
“Kata Injil tadi, kamu boleh kurangi tapi hanya Tuhan yang tahu atas perbuatan itu. Lakukanlah segala perbuatan baikmu, hanya Tuhan yang tahu. Dengan mengurangi bukan untuk diri sendiri, tapi, kata Yesus tadi, kamu mengurangi untuk orang lain,”ajaknya. (AD)